Wednesday, October 21, 2015

KERATITIS

Keratitis adalah peradangan pada kornea. Gangguan pada kornea merupakan penyakit yang fatal karena penanganan yang terlambat atau tidak sempurna dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang permanen, baik ringan hingga kebutaan.  Komplikasi lain dari keratitis adalah timbulnya luka pada kornea (ulkus kornea). Keratitis dapat mengenai seluruh rentang usia, jenis kelamin, dan ras.
Kornea merupakan suatu bagian mata yang transparan yang ada di depan mata. Fungsi kornea adalah sebagai “jendela” mata dan merupakan jalannya sinar yang masuk dan akan diteruskan ke retina, sehingga kornea berperang penting dalam proses penglihatan. Fungsi lain dari kornea adalah sebagai lapisa pelindung. Kornea yang normal tidak memiliki pembuluh darah sehingga kornea menjadi transparan.



Keratitis dapat disebabkan oleh proses infeksi ataupun peradangan steril (tidak ada kuman infeksi yang menyerang). Infeksi pada kornea dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus ataupun protozoa(Acanthamoeba sp. atau. Riwayat trauma pada mata juga dapat menyebabkan keratitis, seperti kemasukan benda asing atau tergores aibat penggunaaan lensa kontak.
Penggunaan obat-obatan secara sembarangan juga dapat menyebabkan keratitis. Terutama obat-obat golongan penekan sistem imun, seperti kortikosteroid, dan juga obat-obat penghilang rasa nyeri. Penggunaan obat-obatan diatas harus dengan resep dan pengawasan dokter.
Pasien dengan penyakit sistemik (menyerang seluruh tubuh) yang menurunkan daya tahan tubuh memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena keratitis. Penyakit tersebut antara lain diabetes mellitus (penyakit kencing manis), HIV/AIDS, dan keganasan (kanker). Selain itu, kekurangan vitamin A meningkatkan risiko terjadinya gangguan kornea. Orang yang bekerja sebagai petani atau di lingkungan pertanian atau perkebunan memiliki risiko lebih besar terkena keratitis jamur. Hal ini disebabkan karena jamur banyak terdapat di tanah dan tumbuh-tumbuhan.

Keratitis merupakan penyakit mata yang termasuk dalam keadaan mata merah dengan penglihatan yang menurun. Sesuai dengan golongannya, maka gejala utama dari keratitis adalah mata yang merah dan disertai dengan penglihatan yang menurun.
Fungsi kornea sebagai jendela mata menyebabkan gangguan pada kornea berakibat pada penurunan penglihatan. Penglihatan yang menurun merupakan tanda dari suatu penyakit mata yang serius dan memerlukan penanganan yang tepat. Gejala umum lain yang terjadi pada keratitis adalah nyeri pada mata, fotofobia, dan mata berair. Nyeri pada keratitis diperberat pada saat menggerakan kelopak mata, terutama kelopak mata atas. Fotofobia merupakan kondisi mata yang sensitif pada cahaya, sehingga pasien akan merasa silau saat melihat cahaya.
Keratitis yang disebabkan bakteri memiliki gejala yang sama dengan keratitis pada umumnya (nyeri, sialu, fotofobia, dan penurunan penglihatan), namun pada infeksi bakteri umumnya ada cairan yang mengandung pus (nanah). Sementara pada keratitis akibat virus, umumnya disertai gejala penyerta seperti demam dan kelemahan pada tubuh.Pada keratitis jamur, tampak gejala berupa kekeruhan dengan batas tidak tegas, dan adanya lesi satelit (adanya kekeruhan berukuran kecil di sekeliling kekeruhan yang besar).
Berdasarkan lapisan yang terkena, keratitis dibagi menjadi keratitis dangkal (superfisial) dan keratitis yang lebih dalam (profunda). Beberapa bentuk dari keratitis yang dangkal, yaitu:

·         Keratitis pungtata
Memiliki gambaran penyakit berupa bintik-bintik putih kecil pada permukaan kornea. Umunya disebabkan oleh infeksi oleh virus, seperti virus herpes simpleks (penyebab penyakit herpes), virus varisela-zoster (penyebab penyakit herpes zoster).
Pada keratitis herpes simpleks, gejala yang dirasakan oleh penderita sangat bervariasi. Kadang-kadang tidak dikeluhkan oleh penderita, atau gejala ringan (kelopak mata bengkak dan berair) sampai gejala yang umum terjadi pada keratitis (nyeri, mata merah, silau, penglihatan menurun). Pada keratitis herpes simpleks gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendritik (seperti ranting pohon).
Penyakit herpes zoster  umunya menyerang kulit, namun bila mengenai saraf mata (nervus trigeminus oftalmik) dapat terjadi keratitis herpes zoster. penderita umumnya pernah terkena cacar air sebelumnya. Gejala yang timbul berupa mata sulit membuka, nyeri, silau, dan berair yang disertai dengan luka-luka pada kulit disekitar mata. Gejala yang dirasakan hanya pada satu sisi tubuh (kiri atau kanan).

·         Keratitis flikten
Keratitis flikten memiliki gambaran berupa adanya benjolan putih yang berada di dekat tepi kornea. Benjolan yang timbul memiliki diameter 2-3 mm dan berjumlah satu atau lebih. Penyebab pada keratitis flikten diduga akibat reaksi dari sistem daya tahan tubuh (imunitas). Beberapa penyebab seperti kekurangan gizi, pasien dengan tuberkulosis atau TBC (akibat reaksi sistem imun, dan tidak pernah ditemukan kuman TBC dalam benjolan tersebut).

·         Keratitis sika
Merupakan suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh berkurangnya produksi air mata oleh kelenjar air mata atau air mata yang terlalu cepat menguap.
Keluhan-keluhan yang biasanya dirasakan oleh pasien adalah mata terasa perih, kering, dan seperti berpasir atau ngeres. Gejala diatas umumnya disebut mata kering (dry-eye syndrome). Bila mengenai kornea, akan timbul pandangan menurun, nyeri, dan silau.

·         Keratitis lepra
Keratitis lepra adalah keratitis yang disebabkan oleh gangguan saraf, yang umumnya disebabkan penyakit lepra atau kusta. Penyakit lepra atau kusta menyerang kornea melalui kerusakan saraf, gangguan kelenjar air mata sehingga menimbulkan dry-eye syndrome, dan pasien tidak menutup mata dengan rapat sehingga mata terpapar oleh udara dan benda asing.


·         Keratitis nummularis
Keratitis nummularis memiliki gambaran berupa adanya bercak putih berbentuk bulat seperti koin pada permukaan kornea, berjumlah lebih dari satu, dan umumnya banyak ditemukan pada orang dengan pekerjaan sebagai petani. Penyakit keratitis numularis umumnya mengenai satu mata.

Beberapa jenis keratitis dalam atau profunda adalah:

·         Keratitis interstisial luetik
Merupakan gejala lanjutan dari penyakit sifilis bawaan sejak lahir (kongenital). Penyakit keratitis interstisal luetik umumnya terjadi pada anak usia 5-15 tahun. Keratitis ini timbul akibat reaksi peradangan terhadap bakteri Treponema pallidum.
Gejala yang dirasakan pasien berupa sakit, silau, dan penglihatan menurun. Pada kornea, terjadi kekeruhan kornea seperti kaca susu dengan tepi kornea berwarna kemerahan. Pada pasien dengan keratitis ini, dapat ditemukan gangguan organ lain berupa gangguan pendengaran, dan bentuk gigi seri atas yang seperti obeng (Hutchinson’s teeth). Ketiga gejala tersebut dinamakan trias Hutchinson. Proses radang pada kornea umunya dapat sembuh dengan sendirinya.
·         Keratitis sklerotikans
Penyakit ini jarang terjadi. Penyebab pasti dari keratitis sklerotikans belum diketahui. Namun keratitis ini timbul karena adanya peradangan yang berulang dan menahun. Gejala yang dirasakan merupakan gejala umum keratitis seperti sakit dan fotofobia dengan disertai kekeruhan kornea (berwarna putih).

Mengingat pentingnya fungsi kornea dan komplikasi keratitis berupa kebutaan, maka pengobatan tidak boleh dilakukan secara sembarang. Berkonsultasi dengan dokter, menggunakan obat sesuai indikasi dari dokter, mematuhi pengobatan, dan tidak sembarangan menggunakan obat tetes mata merupakan cara pengobatan yang efektif untuk keratitis.
Pengobatan keratitis umumnya dapat dilakukan dengan rawat jalan. Pada beberapa kondisi, pengobatan dilakukan dengan rawat inap di rumah sakit. Kondisi tersebut adalah bila pasien tidak dapat dan mampu untuk memakai obat. Selain itu, bila mata yang terkena keratitis merupakan mata satu-satunya (mata yang lain sudah kehilangan penglihatan) maka perawatan di rumah sakit diperlukan.
Pengobatan pada keratitis ditujukan untuk mengontrol infeksi dan inflamasi/peradangan, dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut.  Semua bentuk faktor risiko dihindari dan dihentikan seperti pemakaian kontak lens.

·         Obat antibiotik
Penggunaan antibiotik diperlukan untuk keratitis bakterial. Umumnya menggunakan obat antibiotik tetes mata yang memiliki spektrum luas (dapat mencakup banyak bakteri). Bila gejala tidak membaik segera berkonsultasi dengan dokter untuk kemungkinan adanya kekebalan bakteri terhadap obat yang diberikan.
·         Obat anti virus
Keratitis akibat virus dapat diobati dengan obat antivirus tetes mata, baik yang dikombinasikan dengan salep mata ataupun tidak. Penggunaan antivirus sistemik diperlukan pada pasien dengan daya tahn tubuh rendah dan pada kasus keratitis herpes zoster.

·         Obat anti jamur
Pada keratitis jamur, penyembuhan umumnya berjalan lambat dibandingkan keratitis bakteri. Pengobatan yang digunakan meliputi anti jamur tetes mata, tetes mata antibiotik (sebagai pencegahan infeksi bakteri), dan dapat diberikan anti jamur sistemik bila infeksi parah.

·         Anti peradangan golongan steroid topikal (hanya untuk penggunaan di mata)
Golongan steroid diperlukan untuk menekan peradangan yang dapat merusak mata dan mengancam penglihatan. Namun, pengunaan obat-obat golongan ini hanya boleh melalui resep dan pengawasan dokter. Penggunaan yang sembarangan dapat menyebabkan infeksi terutama virus dan jamur, dan mengganggu penyembuhan bahkan memperparah kerusakan kornea.

·         Obat pelumpuh otot siliar (otot yang mengatur diameter dari pupil)
Obat tersebut biasa disebut juga dengan obat sikloplegik. Penggunaan obat ini ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah komplikasi sinekia (menempelnya iris pada kornea atau lensa).

·         Anti peradangan sistemik (seluruh tubuh)
Biasanya diperlukan untuk penyakit autoimun (penyakit dimana sistem daya tahan tubuh berbalik menyerang diri sendiri).
Salah satu pengobatan yang penting dalam keratitis adalah memfasilitasi penyembuhan jaringan kornea. Penyembuhan ini sangat penting mengingat fungsi kornea dalam proses penglihatan. Beberapa hal yang dapat dilakukan:
·         Mengurangi paparan terhadap obat-obat toksin (bersifat racun pada kornea) dan yang mengandung bahan pengawet. Lebih baik menggunakan obat-obatan dari dokter.
·         Melapisi dengan tetes air mata buatan dan salep mata yang tidak mengandung bahan pengawet
·         Berhenti untuk merokok.

Jenis dan Komplikasi Keratitis
Kondisi ini bisa dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu keratitis yang tidak menular dan menular. Keratitis tidak menular (misalnya, karena cidera) yang tidak ditangani dengan seksama bisa bertambah parah dan mengalami infeksi yang kemudian bisa berubah menjadi keratitis menular.
Jika terus dibiarkan berkembang semakin parah, keratitis berpotensi memicu berbagai komplikasi dan bahkan kebutaan. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi meliputi infeksi kornea kambuhan atau kronis, pembengkakan dan jaringan parut kornea, luka bernanah pada kornea, penurunan kemampuan melihat sementara atau permanen, serta kebutaan.
Gejala-gejala Keratitis
Gejala awal dan utama pada keratitis adalah mata merah. Gejala ini umumnya bisa disertai dengan indikasi:
§  Mata yang terlihat merah.
§  Mata yang terus mengeluarkan air mata atau kotoran.
§  Sensasi panas atau perih pada mata, seperti terbakar.
§  Mata terasa mengganjal.
§  Pandangan kabur.
§  Kelopak mata yang sulit terbuka akibat iritasi atau rasa sakit.
§  Sensitivitas mata terhadap cahaya yang meningkat.
Segera periksakan diri Anda ke dokter jika merasakan gejala-gejala tersebut. Penanganan keratitis yang dilakukan secara cepat dan tepat akan menjauhkan Anda dari komplikasi serius.
Faktor Risiko Keratitis
Pemakaian lensa kontak adalah faktor utama yang dapat meningkatkan risiko kita untuk mengalami keratitis. Misalnya lensa kontak yang kurang bersih, pemakaian yang terlalu lama, atau akibat cairan pembersih lensa yang terkontaminasi.
Di samping lensa kontak, ada juga faktor-faktor lain yang bisa memicu keratitis. Di antaranya adalah sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya karena mengidap HIVatau tinggal di tempat yang lembap dan hangat, menggunakan kortikosteroid, serta pernah mengalami cidera pada kornea mata.
Diagnosis Keratitis
Pada tahap awal, dokter akan menanyakan gejala serta riwayat kesehatan Anda. Pemeriksaan kondisi penglihatan dan fungsi struktur mata juga akan dilakukan. Pengecekan struktur mata akan membantu dokter untuk mengetahui luasnya infeksi kornea dan pengaruhnya terhadap bagian lain dari bola mata.
Jika diperlukan, dokter juga akan mengambil sampel cairan yang keluar dari mata untuk diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui penyebab di balik keratitis yang Anda alami.
Tes darah juga mungkin dianjurkan pada pasien yang diduga mengalami keratitis karena mengidap penyakit lain.
Pengobatan Keratitis
Pengobatan yang diberikan pada tiap pasien keratitis berbeda-beda. Langkah ini ditentukan oleh dokter berdasarkan penyebab, tingkat keparahan, serta kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh.
Keratitis tidak menular yang disebabkan cidera ringan, seperti tergores lensa kontak, biasanya bisa sembuh sendiri. Tetapi jika Anda merasa terganggu, dokter bisa memberikan obat dan menganjurkan pemakaian penutup mata hingga kondisi mata Anda membaik.
Lain halnya dengan keratitis yang disebabkan oleh infeksi. Jenis keratitis ini umumnya membutuhkan obat-obatan tertentu, yaitu:
§  Obat antivirus untuk menangani inflamasi kornea mata akibat virus.
§  Antibiotik untuk mengobati keratitis yang dipicu oleh infeksi akibat bakteri. Jenis obat ini juga bisa digunakan untuk keratitis akibat parasit.
§  Obat antijamur untuk mengatasi keratitis akibat jamur.
Sebagian besar obat-obatan tersebut berbentuk obat tetes mata. Namun, dokter juga akan memberikan obat minum untuk mengatasi infeksi akibat virus, bakteri, dan jamur jika dibutuhkan.
Pencegahan Keratitis
Keratitis termasuk penyakit yang bisa dihindari. Langkah-langkah sederhana yang bisa kita lakukan meliputi:
§  Jangan lupa untuk melepas lensa kontak sebelum Anda tidur atau berenang.
§  Merawat lensa kontak secara rutin dan seksama, misalnya mencuci tangan sebelum membersihkan lensa kontak, menggunakan produk-produk pembersih steril khusus untuk lensa kontak, serta jangan membersihkan lensa kontak dengan cairan yang sudah dipakai.
§  Pastikan Anda mengganti lensa kontak sesuai batas waktunya.
§  Hindari penggunaan obat tetes mata kortikosteroid, kecuali atas anjuran dokter.

Jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum Anda menyentuh mata atau bagian sekitarnya. Terutama jika Anda mengidap luka akibat virus herpes.

No comments:

Post a Comment